Minggu, 24 Mei 2009

Fasilitas Bersepeda di Wanagama

Saat ini Wanagama sudah mengembangkan beberapa jalur bersepeda untuk berbagai macam tipe sepeda, mulai dari para penggemar MTB, bahkan jalur tuk folding bike pun juga disediakan. Dengan rute-rute spesial menebus hutan lebat, menyusuri sungai, dijamin makin menambah seru petualangan bersepeda.
Mayoritas jalur sepeda di Wanagama bertipe Cross Country (XC), dengan keragaman track mulai dari jalan aspal, double track cor semen hingga jalan tanah. Jarak setiap rute bervariasi, mulai dari 4 km hingga 20 km.

Bagi rombongan pesepeda yang ingin bermalam, di Wanagama juga tersedia fasilitas penginapan berupa 35 kamar dengan harga mulai Rp 150.000,- hingga Rp 300.000,- / malam.
Tersedia juga ruang makan yang luas dengan makanan yang disajikan secara prasmanan untuk pemesanan rombongan minimal 30 orang.

Bagi rombongan bersama keluarga, juga dapat mencoba tantangan baru berupa fasilitas games / outbound terdiri 10 permainan highrope dan flying fox sepanjang 60 m, dijamin pasti seru.
Ruang Multimedia (kapasitas 30 orang) juga tersedia untuk acara nonton film-film sepeda atau kegiatan film pendidikan lingkungan untuk anak-anak.

Informasi fasilitas lain dan pemesanan dapat menghubungi :
Mayong:
e-mail :mayong_hs@yahoo.com
HP: 08122742726

Ayo bersepeda di Wanagama.... Nikmati tantangannya dan pacu adrenalin anda...seeep

Cek Lokasi menuju Wanagama melalui Google Maps :

http://maps.google.com/maps/ms?msid=203419126603386419566.0004a7ffd87169c8602d4&msa=0&ll=-7.911757,110.539284&spn=0.018533,0.033023

Senin, 20 April 2009

Jelajah Wanagama


12 orang tim FCC hari Minggu (19/4/09) melakukan penelusuran dan pemetaan jalur-jalur sepeda di kawasan hutan Wanagama I, Gunung Kidul, DIY. Kawasan Wanagama dengan luas sekitar 600 ha ternyata memiliki potensi yang luar biasa untuk kegiatan bersepeda.Penataan kawasan hutan yang mantap dan topografi perbukitan karst yang bervariasi mampu memberikan sensasi dan tantangan bersepeda yang menarik dan dapat memacu adrenalin "penggila" petualangan bersepeda.
Tim berangkat tepat pukul 07.00 wib dari kampus UGM menempuh perjalanan selama 1 jam ke Wanagama. Setelah merakit ulang sepeda dan persiapan selesai, Etape I dimulai pukul 09.00 wib. Kegiatan dimulai dari komplek Cendana (Petak 5) yang terletak di jantung Wanagama dan memiliki fasilitas lengkap seperti penginapan (30 kamar), ruang makan, ruang multimedia, ruang kelas (untuk pelatihan dll), ruang serbaguna (kapasitas 400 kursi) dan beberapa fasilitas kegiatan outdoor lainnya.

Sebagai pemanasan, dari titik start perjalanan menuju arah petak 17 dengan kondisi jalan mayoritas cor semen. Sampai petak 17 dilanjutkan menuju arah hutan bunder melalui jalan setapak dan alur-alur sungai. Jalur ini sebagian besar menurun dengan kemiringan rata-rata 30 derajat hingga menuju alur anak sungai Oyo di bagian bawah. Perjalanan ini sangat menarik dengan pemandangan sekitar berupa hutan dengan berbagai jenis tanaman seperti jati, eucalyptus, acasia dan juga pemandangan perbukitan karst yang indah.

Jalur ini makin lama semakin sempit sehingga tingkat kesulitan untuk meluncur makin tinggi. Sampai jalur terbawah, tim melanjutkan menuju jalur ke hutan wisata Bunder sebagai titik akhir Etape I dengan jalur menanjak dan terjal sehingga pada beberapa titik sepeda terpaksa didorong atau diangkat.... mantap!!
Jarak Etape I ini 8 km dan merupakan etape terberat dibandingkan etape yang lain. Kondisi medan yang menantang cukup menguras tenaga anggota tim. Sampai di kawasan Hutan Wisata Bunder, tim beristirahat untuk memulihkan stamina. Disini sudah menunggu satu orang tim yang menyiapkan es dawet gula jawa, muantaap,... mak nyusss...

Etape ke II dilalui mudah karena sebagian besar jalan mulus beraspal dan berupa turunan. Rute ini melewati beberapa tempat menarik seperti Pabrik pengolahan Minyak Kayu Putih, Persemaian Kehutanan, Penangkaran Rusa, Sungai Oyo (wajib mampir dan berenang di sungai yang airnya jernih dan segarrr), Rest Area Bunder dan berakhir di Museum Kayu Wanagama dengan menempuh jarak 4 km.
Etape III menyusuri sepanjang Sungai Oyo dengan jalan makadam dan naik turun. Rute ini menyajikan pemandangan alam yang indah sekali. Rute ini berjarak 6 km dan berakhir di komplek Cendana yang sudah siap dengan menu makan siang yang mak nyuss tenan...!

Selesai ISHOMA, kami masuk ke ruang multimedia untuk bersama-sama menonton film tentang sepeda dari beberapa lokasi di dunia dan jam 15.00 wib kami pulang menuju Jogja.

Hasil jelajah ini menyimpulkan bahwa Wanagama memiliki potensi besar untuk kegiatan bersepeda dengan beberapa rute yang layak untuk Cross Country (banyak tanjakan dan turunan) maupun Down Hill (turun bukit dengan kemiringan ekstrem). Bagi penggemar sepeda MTB baik individu maupun komunitas / club yang ingin merasakan tantangan bersepeda di Wanagama, silahkan hubungi kami di 08122742726 (mayong) atau 081392230987 (Nur). Ayo tantang keberanian dan adrenalinmu di Wanagama..... seeep!

Minggu, 29 Maret 2009

Tipe Pesepeda Manakah Anda?

Jika Anda sedang gemar menggowes, barangkali ini saat yang tepat bagi Anda untuk lebih mendalami 'fakultas persepedaan'. Maksud kami, jika urat takut Anda sudah putus... mungkin Anda bisa memilih fakultas free ride -ketika Anda senang bersalto ria, melompat-lompat semacam bunny hop, dan sebagainya. Atau tetap dengan jalurcross country yang risikonya kecil? Apapun pilihannya: Nikmatilah. Kini, kami mencoba menawarkan beberapa jenis sepeda yang barangkali tepat untuk sarana belajar di 'fakultas' yang Anda tuju:


1. Sepeda Gunung/Mountain Bike (MTB)

Sepeda gunung dicirikan dengan body sepeda yang relative lebih besar dan terlihat kokoh ditambah dengan ukuran ban sepeda yang lebar dan tapak ban yang kasar. Sepeda MTB ini bisa dikelompokkan dalam 4 kategori:

a. Cross-Country (XC)
Sepeda gunung ini didesain untuk jalan-jalan 'liar' (kombinasi jalan on-road dan off-road) dengan tingkat kesulitan mudah hingga menengah. Selain dirancang untuk melibas tanjakan, sepeda ini juga nyaman dipakai melahap lintasan menurun. Tipe ini biasanya lebih kokoh dibanding tipe sepeda gunung lainnya. Beratnya tergolong paling ringan diantara kelas sepeda yang lain, yaitu antara 17-25 pounds. Diameter roda biasanya menggunakan ukuran 26. Ciri lain dari sepeda XC adalah ukuran ban yang lebar, dengan permukaan ban sedikit kasar untuk mencengkeram permukaan jalan yg gak rata.
Ciri yang lain adalah tinggi dari leher suspensi depan yang berkisar antara 80 – 120mm. Sepeda gunung XC biasanya dibagi dalam dua sub-tipe -merujuk pada sistem suspensinya.

1. Hardtail
Ini adalah sepeda gunung tanpa suspensi belakang yang terintegrasi dengan bodi sepeda. Suspensi hanya ada di bagian depan saja. Meski begitu, tingkat kenyamanannya masih bisa ditingkatkan dengan melakukan penyesuaian atau penggantian pada garpu (fork) depannya. Biasanya, sepeda hardtail-suspension memiliki bobot lebih ringan ketimbang full-suspension. Satu kelebihan hardtail-suspension dibanding full-suspension bisa Anda dapatkan ketika memacunya dengan cepat -Anda tak akan banyak membuang energi. Memulai bersepeda gunung dengan sepeda tipe ini merupakan langkah awal yang bagus. Mengapa? Jelas jawabannya. Anda memiliki sepeda berbobot lebih ringan dan tahan lama.

2. Full-Suspension
Ini adalah sepeda gunung dengan dua suspensi -di bagian depan dan belakang. Pola suspensinya memiliki kemiripan dengan motor. Sepeda full-sus ini biasa digunakan untuk melibas mendan2 offroad yang extreme seperti untuk downhill dll. Sepeda ini biasanya menggunakan teknologi yang canggih dalam hal suspensi dan material sepedanya,.. sehingga biasanya harganya pasti Muahaal...

b. Allmountain/Trailbike (AM)
Pada dasarnya, tipe sepeda gunung ini adalah hasil modifikasi sepeda gunung XC yang dilengkapi sistem suspensi lebih lembut untuk menaklukkan medan dan rintangan yang lebih berat. Satu-satunya kelemahan tipe ini terletak pada upaya untuk mengayuh pedal, yang membutuhkan usaha lebih banyak dari pengendaranya karena penambahan panjang suspensi.
Panajng leher suspensi depan jenis ini mulai 120 mm keatas. Sehingga terkesan posisi stang menjadi tinggi. Jenis ini dirancang untuk mampu melintasi medan bebatuan, tanah pegunungan maupun batuan lepas dengan nyaman pada kecepatan relatif tinggi dibandingkan dengan jenis XC. Berat keseluruhan sepeda berkisar 25-32 pounds.

c. Downhill (DH)

Sepeda gunung ini didesain khusus untuk menuruni lintasan yang curam. Tipe ini memiliki suspensi depan yang jauh lebih panjang dan lebih besar/kuat ketimbang sepeda gunung tipe lain. Sebagai dampaknya, sepeda gunung tipe ini biasanya memiliki bobot lebih berat dibanding yang lain. Di lintasan yang menurun, sepeda gunung ini mampu melesat seperti angin. Tapi di jalur menanjak, sepeda gunung ini susah diajak kompromi.

d. Freeride/Freestyle

Sepeda jenis ini rata-rata memiliki ukuran geometri lebih kecil dibandingkan XC, AM maupun DH. Sepeda ini dikhususkan untuk melakukan manuver-manuver extreme seperti melompat tembok, menuruni tangga, standing, jungkir balik, salto dll. Karena penggunaannya untuk hal-hal menantang di kawasan perkotaan, jenis ini tidak nyaman untuk dipakai bersepeda jarak jauh karena ukuran geometri yang biasanya dipilih ukuran kecil dan posisi sadel yang rendah.

2. Road race

Sepeda jenis ini khusus hanya boleh dan bisa melewati jalan raya, beraspal dan rata. Ciri khasnya, diameter roda lebih besar dari MTB (ukuran 27 atau 700c). Karena digunakan untuk balapan (road race), sepeda ini tergolong sepeda paling ringan dari seluruh jenis sepeda, dengan bahan yang digunakan mulai aluminium ringan hingga serat carbon.

3. Sepeda Hybrid

Namanya saja hybrid, pasti perpaduan dari minimal 2 tipe/model sepeda. Sepeda hybrid menjadi salah satu jenis sepeda yang sekarang cukup digandrungi karena modelnya yang keren, cukup ringan dan enak dikendarai. Ciri khas utama sepeda ini ada pada model stang yg tidak melengkung ke bawah (model balap) atau melengkung ke atas (model MTB), tapi menggunakan model stang yg lurus datar (flat-bar). Beberapa model yg sering dijumpai adalah sepeda dengan body/frame balap atau MTB yang menggunakan stang flat-bar. Kalo model frame MTB, biasanya selain stangnya flat, juga dikombinasi dengan ban yang relatif kecil.

4. Commuter

Sepeda jenis ini sangat berbeda dengan jenis-jenis sebelumnya yang rata-rata bermodel MTB atau sepeda balap. Jenis ini dikhususkan untuk kegiatan sehari-hari baik pergi ke kantor, sekolah, belanja, pasar dll. Model ini berukuran frame dan roda lebih besar, biasanya juga dilengkapi dengan boncengan belakang, tas bagasi belakang dan keranjang depan stang. Sebagian besar modelnya tidak menggunakan suspensi meskipun beberapa seri terbaru sudah ada yang menerapkan suspensi depan dengan model2 seperti MTB.

5. Fixie

Sepeda fixie merupakan singkatan dari Fix-gear,... artinya gear belakang sepeda hanya ada satu speed. Sepeda ini diunggulkan karena ringan, dan ringkas,.... sangat ideal untuk gowes di jalanan kota2 yg datar.

6. Folding Bike/Sepeda lipat

Ciri khas sepeda ini berukuran mini, bisa dilipat-lipat hingga memudahkan untuk masuk ke tas koper maupun bagasi mobil. Fungsi sepeda ini mirip dengan commuter, hanya bentuk dan ukurannya saja yang lebih kecil dan ringkas. Bagi yang senang bawa-bawa sepeda kemana-mana, model ini cocok untuk dipilih. Model ini khusus untuk nyepeda di jalan mulus perkotaan, jangan coba-coba melewati jalan yang extreme kalao tidak ingin sepeda ini "melipat" dengan sendirinya :)

Nah, ternyata banyak khan jenis-jenis sepeda itu,... silahkan pilih yang sesuai dengan kebutuhan anda, selamat bersepeda….

Minggu, 15 Maret 2009

Cross Country


Pada hari minggu (15 maret 09), anggota FCC dari mahasiswa S2 melakukan cross country. Kegiatan diawali dengan bersepeda naik ke pos Pakem via jalur umum (jalan aspal), kemudian dilanjutkan masuk ke medan off road melewati tepi sawah, tengah hutan, hingga menyeberang sungai. Perjalanan yang seru,.... tertarik tantangan ini? ayo gabung di FCC Tour selanjutnya.

Minggu, 04 Januari 2009

Tour Tahun Baru ke Borobudur


Dalam rangka menyemarakkan tahun baru 2009, Tim FCC mengadakan tour pada tanggal 1 Januari 2009 dengan tujuan akhir Candi Borobudur. Tim terdiri dari 20 orang, start pukul 07.00 wib dari lapangan Denggung Sleman.
Rute yang ditempuh menggunakan jalan propinsi (Jogja-Semarang). Sampai kota Muntilan mengambil jalan bypass tembus ke Candi Mendut dan diteruskan ke Candi Borobudur. Jarak yang ditempuh sekitar 40 km dengan waktu tempuh 1,25 jam karena jalanan konsisten menanjak terus sejak mulai berangkat.

Setelah beristirahat sejenak, dan ambil foto bareng, perjalanan diteruskan dengan mengambil rute yang berbeda. Rute pulang dipilih melalui jalan Borobudur - Wates. Ternyata trek yang dipilih memberikan lebih banyak tantangan berupa tanjakan dan turunan yang lebih ekstrem. Sampai di Kalibawang, tim beristirahat di warung tepi Saluran irigasi Vanderwijk dengan menu spesial ikan wader, mak Nyuss....

Perjalanan dilanjutkan dengan memilih jalur menyusuri Selokan Mataram hingga sampai di Jogja. Perjalanan pulang menempuh jarak sekitar 50 km dengan waktu tempuh yang lebih lama, sekitar 2 jam. Hal ini disebabkan tim harus sering berhenti sejenak karena ada salah satu anggota yang mengalami kram pada kedua pangkal paha-nya. Kendala tersebut tidak menyurutkan tim untuk meneruskan perjalanan hingga finish.

Pengalaman yang luar biasa..... dan ditunggu tantangan berikutnya.....