Senin, 27 Oktober 2008

Jogja Lautan Sepeda


Pagi ini ribuan pesepeda memadati Alun-alun Utara Yogyakarta dalma sebuah spirit Launching SEGOSEGAWE. dalam acara yang menghadirkan Gubernur Sri Sultan Hamengku Buwono X diikuti berbagai komunitas pesepeda mulai dari anak SD, SMP, SMA/K juga dari kalangan, TNI, Polri, PNS Kota maupun Propinsi selain dari berbagai komunitas pesepeda di Yogyakarta.

Dalam acara yang juga dihadiri oleh Nurhayati, atlit pesepeda peraih medali emas PON 2008 KALTIM tersebut sultan secara resmi melaunching SEGOSEGAWE dengan membunyikan bel sepeda, beliau juga menyampaikan pesan "Semoga program hari ini bias berkembang lebih lanjut di waktu-waktu mendatang, Selamat bertugas, Selamat bersepeda" yang disambut riuh gemuruh tepuk tangan pesepeda. Di lain pihak penggagas SEGOSEGAWE, H, Herry Zudianto yang juga Walikota Yogyakarta mengharapkan agar gerakan bersepeda ini dapat menjadi bagian dari keistimewaan dari Yogyakarta, karena budaya bersepeda merupakan ciri khas keistimewaan Jogja itu sendiri.

Selanjutnya para pesepeda melanjutkan perjalanan ke sekolah maupun kantor masing-masing.

Mari kita jadikan Kota Yogyakarta sebagai daerah endemi virus bersepeda.


Sumber : http://segosegawe.jogja.go.id/

Manfaat bersepeda

Kita pasti ingat, dulu sekali, generasi kakek-nenek kita kerap menggunakan sepeda pancal alias sepeda onthel sebagai alat transportasi. “Guru Oemar Bakri”, yang bermodal sepeda kumbang, pun melaju di jalanan berlubang, berangkat ke sekolah untuk mengajar ilmu pasti.

Namun sekarang, tampaknya kejayaan sepeda jengki dan sepeda unta sebagai alat transpotasi usai sudah. Mengayuh pedal tak lagi identik dengan berangkat kerja dan rutinitas resmi lainnya, tapi olahraga, dan belakangan rekreasi. Banyak orang menggenjot sepeda roda dua untuk membakar kalori, menurunkan berat badan, mengecilkan perut buncit, atau merampingkan lingkar pinggang yang tidak mau diajak kompromi.

“Dulu perut saya gendut. Tapi kini setelah rajin bersepeda, enggak gendut lagi,” aku Dasuki sambil menunjukkan perutnya yang oke punya. Wiraswastawan yang tinggal di Depok itu menambahkan, “Sekarang, kalau enggak sepedaan, badan malah rasanya enggak enak, pegel-pegel gitu.” Dasuki jelas tidak sedang melebih-lebihkan pengakuannya.

Sebagai olahraga, bersepeda memang bisa diandalkan. “Ia punya dua fungsi sekaligus, endurance dan strength training,’ kata dr. Nani Cahyani Sudarsono, Sp.KO, pengajar pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Kalau sudah pakar yang berbicara, berarti Dasuki tak membual to.

Two in one

  • Berdasarkan fungsinya, olahraga dibagi menjadi dua kelompok besar.

Kelompok pertama, olahraga yang melatih ketahanan jantung dan paru-paru. Ini biasanya disebut olahraga endurance. Contoh paling gampang yaitu senam aerobik, joging, dan jalan kaki. Latihan-latihan ini masuk kategori endurance karena membakar kalori dengan disertai peningkatan aktivitas jantung memompa darah, serta aktivitas paru-paru menyuplai oksigen.

Kelompok kedua. Olahraga yang melatih otot-otot tertentu. Biasanya dikenal sebagai strength training. Contohnya, latihan mengangkat dambel. Fokus latihan ini otot-otot lengan.

Kalau ditimbang-timbang menurut pengelompokan itu, kegiatan bersepeda jelas masuk kategori keduanya. Soalnya, dengan mengayuh pedal, vaskularisasi dan oksigenasi meningkat. Jantung pun memompa lebih aktif, paru-paru bekerja lebih giat. Di samping itu, saat menggenjot pedal dengan kuat, otot-otot paha dan sekitarnya juga bisa sekaligus terlatih.

“Kalau misalnya jalannya santai dengan kecepatan sedang di tempat yang datar, artinya kita sedang melatih daya tahan jatung, paru-paru. Tapi kalau lewat jalan menanjak. kita ‘kan butuh kekuatan ekstra. Ini bisa berfungsi sebagai strength training,” papar Nani. Hanya saja, Nani setuju, otot yang dilatih terbatas pada otot paha dan sekitarnya saja. “Kalau mau ngelatih otot lengan, ya kurang optimal,” timpalnya.

Selalu pegang kendali

  • Selain kelebihan itu, menurut Nani, bersepeda juga termasuk latihan aerobik kendali yang relatif mudah dikendalikan. Maksud urusan kendali ini tak ada sangkut-pautnya dengan kemampuan mengendalikan setang alias kemudi sepeda.

“Mudah dikendalikan” itu artinya intensitas latihan bisa diatur sesuai kebutuhan. Misalnya, jika merasa terlalu enteng, Anda bisa meningkatkan kecepatan kayuhan pedal. Jika sudah ngos-ngosan, Anda bisa memperlambat sesuai kebutuhan. Ini berbeda, misalnya, dengan senam aerobik. Meskipun capek, biasanya pesenam tetap mengikuti apa pun yang dilakukan instrukturnya. Termasuk saat instrukturnya melompat-lompat. Mau tak mau, ya harus mau.

Itu sebabnya, pesenam sulit mengendalikan intensitas latihan. Pada olahraga bersepeda, dijamin hal seperti itu tidak terjadi. Pesepeda bisa mengatur intensitas genjotan kapan saja mau. Meski demikian, masih menurut Nani, pesepeda harus tetap mengikuti aturan umum dalam berolahraga: harus dimulai dengan pemanasan dan diakhiri dengan pendinginan.

“Saat baru mulai, jangan langsung pakai kecepatan tinggi. Begitu pula kalau sudah selesai, jangan langsung berhenti, tapi kurangi kecepatan sedikit demi sedikit,” sarannya. Dasuki sependapat dengan aturan ini. “Sebelum bersepeda, kita biasanya stretching otot dulu. Kalau enggak pemanasan dan langsung lewat tanjakan, kadang mata bisa berkunang-kunang, kadang paha atau betis sampai kram," katanya.


Tulisan dikutip dari http://www2.kompas.com/kesehatan/news/0508/24/125754.htm

Tour ke Pantai Depok

Pada tanggal 20 Juli 2008, FCC melakukan tour ke Pantai Depok (sebelah barat pantai Parangtritis). Start dimulai dari kampus UGM dengan menempuh jarak 37 km. Tour diikuti oleh 38 peserta (wanita-nya cuman 1 orang). Selain anggota FCC peserta lain juga ada yaitu Om Yossi, mekanik sepeda paling handal di Jogja. Setelah sampai di pantai Depok, FCC langsung disambut dengan menu seafood yang telah disiapkan di salah satu warung,....mantaap.... mak nyuuss....

FCC dikunjungi B2W Jogja



Pada hari Jum'at, 11 Juli 2008, FCC mendapat kesempatan berjumpa dengan komunitas Bike to work (B2W) chapter Jogja dalam kegiatan "Sahabat Sepeda". Program Sahabat Sepeda dari B2W merupakan kegiatan mengunjungi dan silaturahmi dari komunitas B2W Jogja ke "kantong-kantong" komunitas pe-sepeda di Jogja.
Pada kesempatan tersebut, dihadiri oleh 30-an anggota FCC dan 40-an anggota B2W Jogja. Acara disambut oleh Dekan FKT UGM, Prof. Dr. M. Na'iem, M.Agr.Sc dilanjutkan dengan sarapan bersama, diskusi program-program bersama dan diakhiri dengan melakukan konvoi keliling kampus UGM dengan bersepeda,...... mantap.... thank's B2W Jogja.....

Asal-usul

Hingga saat ini, kota Jogja masih terkenal dengan sebutan "kota sepeda", meskipun "sepeda" yang sebenarnya sudah banyak digusur oleh sepeda motor. Lain halnya dengan civitas akademika di Fakultas Kehutanan UGM, meskipun sepeda motor mendominasi "parkiran", namun beberapa sepeda (yang sesungguhnya) masih nampak di parkiran.
Sejak tahun 2006, para pe-sepeda di Fakultas Kehutanan UGM mulai sering berkumpul bareng dan melakukan tour-tour kecil di hari minggu. Lama kelamaan kumpulan ini makin besar dan mulai terorganisir. Terbukti teman-teman mulai membuat seragam kaos sepeda dan makin sering melakukan tour dengan jarak yang makin jauh (misal hingga waduk Gajah Mungkur, Wonogiri).
"Racun" bersepeda ini makin lama makin membesar dengan jumlah peserta yang bertambah banyak. Akhirnya pada bulan Juli 2008 dibentuklah komunitas sepeda di Fakultas Kehutanan UGM dengan label "Forestry Cycling Club" atau disingkat FCC yang merupakan kumpulan civitas akademika kampus yang masih suka bersepeda ke kampus (Bike To Campus) atau yang suka berolah raga sepeda.
Munculnya FCC didasari untuk mengajak mengingatkan kembali, bahwa sepeda adalah salah satu jenis moda transportasi, sama dengan sepeda motor, mobil, bus dll. Yang terjadi sekarang, anak-anak SD-SMP masih mau pakai sepeda karena nanti akan digunakan sebagai batu loncatan untuk migrasi ke sepeda motor, padahal keduanya sama-sama moda transport juga. Oleh karena itu diperlukan suatu gerakan dan komitmen dari seluruh elemen masyarakat untuk menaikkan kembali image sepeda di Indonesia.
Cita-cita besar dari FCC adalah menyatukan seluruh penggiat sepeda dari rekan-rekan yang beraktivitas di bidang kehutanan baik di perguruan tinggi, DepHut, dinas/instansi kehutanan, Perhutani, perusahaan swasta kehutanan dsb sehingga ibarat bola salju, makin lama akan makin membesar dan mengangkat kembali citra sepeda sebagai moda transport yang sederhana, irit, bebas polusi, hemat energi dan yang paling penting, menyehatkan..... Selamat bersepeda.